A. Judul : JARAN KENCAK
B. Pengertian :
JARAN adalah kata yang
diambil dari Bahasa Osing . Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia JARAN
yaitu KUDA .
KENCAK mungkin
yang pertama kali muncul dalam benak adalah sebuah pertunjukkan tari-tarian spektakuler dari Bali. Kencak memang dikenal luas sebagai
salah satu karakter dalam mitologi Bali. Sebenarnya
kencak sendiri bukan hanya bisa dimainkan oleh tari-tarian dari Bali saja,
tetapi dalam tradisi Banyuwangi ini kuda juga bisa mempertunjukkan kemahirannya
dalam menari mengikuti alunan lagu .
·
Kesenian Jaran Kencak sebenarnya
adalah kesenian asli Madura yang dipakai untuk bersenang-senang. Seiring
penyebaran masyarakat Madura yang begitu besar di pulau Jawa, menjadikan
kesenian Jaran Kencak juga mulai dikenal dan berkembang di Jawa Timur, termasuk
di Banyuwangi.
Yang
dinamakan kencak itu kan cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus
tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda
akan berhenti dengan sendirinya.
C. Latar Belakang:
Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang memiliki
berbagai macam kebudayaan . Dinas Pariwisata mendata kurang lebih ada 40 macam
kebudayaan / kesenian yang ada di Banyuwangi . Misalnya seperti gandrung ,
seblang olehsari, seblang bakungan , ndok-ndokan, patrol, rebowekasan , petik
laut , jaran kencak dan masih banyak lagi kesenian/kebudayaan lainnya. Dalam
kali ini saya akan membahas tentang Kesenian Jaran Kencak . Meski
zaman kian bergulir dan terus berusaha untuk melibas budaya-budaya lama, namun
budaya warisan yang sudah turun temurun dilaksanakan rutin setiap tahun itu
masih tetap bertahan dengan terus berupaya mempertahankan kemurnian kebudayaan
itu sendiri. Kesenian Jaran Kencak ini merupakan salah satu
diantara yang dapat dinikmati jika oleh wisatawan jika berkunjung ke daerah
Banyuwangi . Prosesi ini berhubungan dengan situs syukuran , biasanya digunakan saat sunatan ataupun arisan . Dengan
bergulirnya waktu kesenian jaran kencak sekarang dikolaborasikan dengan dengan
tarian Gandrung sehingga berganti nama menjadi Jaran Kencak Paju Gangrung . Lagu-lagu yang dimainkan, akhirnya juga memakai lagu gandrung. Yakni,
Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang,
Kembang Pepe, Suntring-suntring dan Kembang Dirmo . Ternyata , dengan cara
seperti ini mungkin akan membuat lebih banyak orang yang menonton.
D. Pembahasan :
·
Asal-usul
Kesenian
Gending-gending jawa kuno ditabuh
dari Gamelan pada suatu siang yang terik. Dua ekor kuda hitam, lengkap dengan
kostum berwarna mencolok tiba-tiba masuk ke area pentas. Mengikuti aba-aba sang
pelatih, kuda jenis sandel memperagakan aksinya, ditengah kerumunan penonton
yang sudah memadati tempat mentas sejak pagi hari. Dua kuda itu
mengangguk-angguk sembari mengepak-ngepakkan kakinya mengikuti tabuhan gamelan.
Selain menari, dua kuda itu juga menunjukkan aksinya, duduk dan berdiri dengan
dua kaki.
Setelah gending pertama dan kedua
selesai dibawakan, para pesinden mulai bernyanyi gending-gending Tari Gandrung.
Tak lama kemudian, seorang gadis berkostum Gandrung Banyuwangi masuk ke area
pentas. Sang Gandrung menari-nari, sesekali mengibaskan selendang merahnya ke
arah kuda. Seperti layaknya manusia, dua ekor kuda itu terlihat kompak menari
bersama Gandrung mengikuti tabuhan gamelan hingga selesai.
Ilustrasi diatas adalah diskripsi
singkat bagaimana jalannya Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung, saat
ditampilkan oleh Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri. Sesuai namanya,
kesenian ini mengkolaborasikan kesenian Jaran Kencak dengan Tari Gandrung
Banyuwangi. Sekilas penampilan kesenian rakyat ini
cukup memukau, karena memperagakan kelincahan kuda-kuda Sandel dan Tarian
Gandrung yang cukup populer bagi masyarakat paling ujung timur Pulau Jawa ini.
Bukan hanya di Boyolangu, setiap kali ada pentas kesenian ini memang tidak
pernah sepi penonton. Selain
kemahiran menari, daya tarik kesenian Jaran Kencak adalah kostum kuda yang
berwarna mencolok. Seperti kemul (selimut/pelana) berwarna kuning keemasan,
mahkota atau Jamang bercorak bunga warna warni, kalung dada, dan lengkap dengan
ulur di sepanjang punggung kuda.
Rugito, salah satu pemilik
kesenian ini mengatakan, Jaran Kencak berarti kuda-kuda yang lincah menari
mengikuti lagu. “Yang dinamakan kencak itu kan cara
memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila
gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan
sendirinya” Jelas Rugito yang baru 5 tahunan ini menekuni Kesenian Jaran Kencak.
Rugito menceritakan, untuk
mendapatkan kuda-kuda yang pandai menari memang membutuhkan latihan khusus.
Satu kuda membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk bisa lincah menari dari musik
yang diperdengarkan dari tape. Kuda yang
dipakai untuk kesenian ini berjenis Sandel yang biasa diperoleh dari Sumbawa.
Jenis Sandel ini, kata Rugito, dipilih karena memiliki bentuk fisik lebih
tinggi dibanding kuda-kuda biasa.Menurut Rugito, setidaknya ada 15 orang di
Banyuwangi yang memiliki Kuda Sandel. Mereka membentuk komunitas dengan
menggelar arisan. Bagi yang memperoleh arisan tersebut, maka diwajibkan
menggelar Kesenian Tari Kencak. Dalam perkembangan selanjutnya, kata Rugito,
Kesenian ini marak ditanggap untuk acara sunatan.
“Tadinya Jaran Kencak ini untuk
ngarak sunatan. Jadi anak yang sunat dinaikkan ke punggung kuda lalu diarak
keliling kampung” . Namun lambat laun, semakin sedikit orang yang mau menanggap
Jaran Kencak. Karena tidak begitu menjanjikan lagi, sebagian dari pemilik Jaran
Kencak ada yang menjual kudanya dan beralih ke profesi lain. Dari sepinya
peminat inilah, kata Rugito, sekitar 1990 muncullah ide dari seseorang penekun
Jaran Kencak bernama Ahmad Bajuri, untuk mengkolaborasikan Jaran Kencak dengan
Tarian Gandrung.
Nama keseniannya pun dirubah menjadi
Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung.
Lagu-lagu yang dimainkan, akhirnya juga memakai lagu gandrung. Yakni, Seblang
Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang
Pepe, Suntring-suntring, dan Kembang Dirmo. Sejak dirintis pertama kalinya
hingga sekarang, perpaduan Jaran Kencak dengan Tari Gandrung mendapat respon
yang besar dari masyarakat.
Sang Pencipta kolaborasi, Ahmad
Baijuri menuturkan, idenya menggabungkan dua kesenian ini adalah untuk
menyemarakkan Kesenian Jaran Kencak supaya lebih diminati masyarakat
Banyuwangi. Apalagi saat itu, Tari Gandrung masih cukup digemari dan sering
ditanggap. ” Saya berharap, dengan memadukan Gandrung, Jaran Kencak lebih
banyak ditonton orang,” Harap Baijuri.
Kontroversi
Namun dilain sisi, Kesenian Jaran
Kencak Paju Gandrung masih menyisakan kontroversi. Sebagian pihak menyayangkan
perpaduan dua kesenian yang berbeda secara filosofi tersebut.
Sebagian pihak memang menilai
Kesenian ini adalah hasil akulturasi Kesenian Jaran Kencak dengan Gandrung
Banyuwangi. Namun, ide memadukan dua kesenian ini disayangkan oleh sebagian
pihak lainnya. Fatrah Abal, salah satu Budayawan Banyuwangi mengatakan,
Kesenian Gandrung memiliki nilai sejarah kepahlawanan yang tinggi. Itu nampak
dari Gending-gending Gandrung, yang apabila diterjemahkan berisi seruan
semangat untuk masyarakat Banyuwangi setelah kalah melawan Penjajah Belanda
dalam perang Bayu tahun 1771.
“Kalau gendhing-gendhing Gandrung
diserap maknanya, arti Gandrung sendiri adalah mengharapkan. Pada zaman dulu,
pencipta kesenian Gandrung mengharapkan masyarakat banyuwangi yang tersisa 5
ribu akibat perang, kembali bersemangat dan tetap tinggal di Banyuwangi.
Barangkali saja kalau tidak ada gandrung, mungkin orang banyuwangi akan habis,
karena mati atau pergi”, tutur Fatrah yang saat ini menyiapkan buku tentang
Gendhing-gending Gandrung.”
Menurut Fatrah, perpaduan dua
kesenian ini terlalu dipaksakan, sehingga dapat digolongkan sebagai
penyimpangan. Apalagi motif utamanya, kata Fatrah, hanya untuk komersial,
sehingga tidak memiliki makna berarti kecuali sekedar menjadi tontonan.
Namun, menurut Fatrah, baik
buruknya kesenian ini tetap ia serahkan kepada masyarakat. Tugas para peggiat
Budayalah, katanya, yang harus berperan untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan
Tarian Gandrung yang telah ditetapkan menjadi maskot Banyuwangi.
·
Scope
Pembahasan Kesenian (tata busana, music, rias, syair/mantra, nyanyian,
hidangan, dll)
< Tata
busana dan rias
JARAN KENCAK :
v
kemul (selimut/pelana) berwarna
kuning keemasan
v
mahkota atau Jamang bercorak bunga
warna warni
v kalung dada dan lengkap dengan ulur di sepanjang punggung kuda.
GANDRUNG :
v Omprog atau pernah disebut “omprong”
yaitu hiasan kepala seperti mahkota yang dibuat dari kulit lembu dengan
berbagai ragam pahatan, serta diberi rumbai pada bagian belakang sebelah bawah
yang dihiasi dengan warna kuning emas, di bagian atas dihiasi kembang goyang
yaitu bentuk untaian bunga yang terbuat dari kulit atau logam ditopang dengan
per dengan warna kuning emas sehingga saat gandrung menari dapat bergoyang.
Basahan
yaitu terdiri dari :
v Kemben, yang di buat dari kain beludru warna
hitam dan juga di sebut “utuk” biasanya di bagian belakang dituliskan nama
penarinya serta dihiasi halon kuning emas.
v Kelat bahu, yang di Bali di
sebut Gelang Kana, terbuat dari kulit lembu berpahatkan bentuk ragam naga
karangrang, dengan sunggingan dan warna dasar kuning emas.
v Ilat-ilat atau lamak,yang terbuat
dari kain beludru warna hitam yang di hiasi dengan halon warna kuning emas.
v Pending, yaitu ikat pinggang dari logam selebar
lebih kurang 4 cm biasanya berwarna kuning emas atau putih perak gemerlapan.
v Gelang dan cincin, biasanya juga merupakan hiasan
harian bagi penari itu sendiri.
v Sembong, yaitu hiasan yang terbuat dari kain
beludru yang di pergunakan sebagai hiasan penutup bagian depan pinggulnya dan
di hiasi dengan halon warna kuning emas.
v Oncer, yaitu potongan kain kecil-kecil pendek
berwarna kuning, putih, hijau dan merah yang di tempatkan di sekeliling
pinggangnya sebagai pengisi pada bagian-bagian pinggang yang tidak tertutup
oleh sembong dan biasa di sebut sembongan.
v Sampur, yaitu sehelai selendang merah yang
ujungnya diberikan rumbai-rumbai warna kuning emas dikalungkan di leher dan
berjuntai kebawah, yang berfungsi sebagai penghias gerak-gerak tarinya, dahulu
sewaktu dilakukan oleh seorang penari pria, pemasangannya diselipkan pada
bagian pinggangnya.
v Kain panjang, dengan pemakaian yang agak
tinggi di atas mata kaki dan di bawah lutut biasanya dipergunakan kain
panjang batik Gajah Oling dengan warna dasar putih.
v Kipas, yang biasanya di pegang tangan kanan,
kadang-kadang juga bagian kanan dan kiri.
v Kaos kaki warna putih, penggunanya mungkin bersamaan
dengan mulai di pergunakannya biola sebagai pengganti rebab.
Kemudian tentang unsur riasnya, dipergunakan borehan badan berwarna kuning
emas, yang disamping berfungsi sebagai lulur dan merupakan unsur mempercantik
warna kulit penarinya, semula juga mengandung unsur-unsur magis, sebagaimana
penggunaan warna kuning emas untuk lambang keagungan, yang dipergunakan sejak
jaman dahulu. Pakaian seperti tersebut diatas mirip dengan pakaian seorang
penari istana. Unsur-unsur busana dan rias inilah merupakan unsur kebudayaan yang timbul
dari unsur-unsur kekeratonan dan hidup pula sampai sekarang walaupun keratonnya
sendiri sudah tidak ada lagi.
< MUSIK , SYAIR / MANTRA
Kesenian jaran kencak paju gandrung ini sekarang menggunakan musik , syair
/ mantra dari gandung itu sendiri . Lagu-lagu yang dimainkan yakni, Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu
Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Suntring-suntring dan
Kembang Dirmo .
Ini contoh dari
syairnya :
- Jaran Dawuk ya nyiriga
Nyiriga ring alun-alun
Wis wayahe widodari teka
- Condro dewi mandosia
Moro mundur mekar sore
Kembang petetan
- Yyadu paman wis aju kelendi
Ngranjang gula wis wayahe
erek-erekan
Terjemahan
bebasnya sebagai berikut :
- Kuda
kelabu bergeraklah
Bergerak
dilapangan
Sudah
saatnya seorang bidadari hadir
- Wajah
wanita cemerlang
Maju mundur
berkembang sore hari
seperti
bunga hiasan
- Ya Paman
lalu bagaimana
Keranjang
gula sudah saatnya berhadapan
Alat-alat musik yang digunakan :
v
Biola atau baolah sebanyak 2
buah, yaitu bentuk instrumen yang berfungsi sebagai pembuat melodi gending yang
dibawakannya, Tehnis penggesekan Biola serta penyajian lagu yang disajikan
sesuai dengan tradisi daerahnya dan tidak sama dengan penggunaan biola pada
jenis musik lain.
v
Kethuk, 1
ancak yang terdiri dari 2 buah pencon, berfungsi sebagai pembuat irama dan
memperta-jam rithme untuk menambah manisnya irama gendhing-gendhing yang
dibawakan.
v
Kendang, 1 buah atau
kadang-kadang 2 buah, merupakan unsur pokok yang mampu menyatukan ritme serta
tempo permainannya agar lebih harmonis disamping itu juga berfungsi sebagai
pengatur irama dan penuntun atau pemantap unsur-unsur berbagai tari yang
dibawakan oleh penari Gandung dan Jaran Kencak.
v
Gong, 2 buah gong
yang berfungsi sebagai pemanis suara indah pada akhir komposisi nada.
v
Kluncing, 1 buah,
yaitu bentuk segitiga terbuat dari besi dengan teknis memainkan menggunakan
sebuah tongkat besi pendek dipukul-pukulkan pada kedua bagian sisi segitiga
tersebut sehingga menghasilkan suatu suara yang berbentuk irama dan suasana
yang meriah, biasanya penabuh peralatan ini jugaberfungsi sebgai pengudang atau
pembimbing gandrung dalam penampilannya.
E. Tinjauan berbagai aspek :
·
Aspek
Perjuangan / heroism
Sebagai kesenian yang hidup dan
berkembang dikalangan rakyat sampai dengan sekarang, maka tidak lah sedikit peranan kesenian
jaran kencak paju gandrung ini. Pada setiap penampilan kesenian jaran
kencak ini memukau para penonton sehingga tidak asing untuk dilihat . Kesenian jaran kencak paju gandrung ini sangat dipertahankan
agar tidak langka dengan seiringnya zaman berputar . Dari pertama kali muncul jaran
kencak ini banyak warga yang ikut serta dalam menonton tapi lama-kelamaan
mereka bosan akan hal tersebut . Tak kalah hebatnya seseorang penekun jaran
kencak berhasil mengkolaborasikan Jaran Kencak dengan Tarian Gandrung . Sehingga
para penonton tidak lagi jenuh dalam melihat kesenian tersebut , malah mereka
bangga bahwa kesenian tersebut masih berkembang.
·
Aspek Sosial
Kemasyarakatan
Kehidupan kesenian jaran
kencak paju gandrung yang memang ber akar dan didukung oleh masyarakat tentunya
memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan social masyarakat. Setiap
penampilan kesenian jaran kencak paju gandrung selalu dihadiri para
penggemarnya yang terdiri dari berbagai etnis dan agama, mereka bersama-sama
menikmati tarian dan gending-gending jaran kencak paju gandrung
dalam satu arena secara damai . Perlu disadari bahwa menciptakan rasa
kesatuan dan persatuan dari masyarakat multi etnis merupakan hal sangat penting
dan menjadi tanggung jawab bersama, kegiatan-kegiatan berkesenian
mempunyai daya tarik yang besar untuk mengikat rasa persaudaraan tidak terkecuali
kesenian jaran kencak paju gandrung.
·
Aspek
Seni dan Budaya
Tradisi ini dapat memberikan budaya karena
merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat yang masih bertahan . Keberadaan
kesenian jaran kencak paju gandrung memperkaya khasanah kesenian tradisional di Banyuwangi.
Penampilan nya yang sangat dinamis mempengaruhi bentuk-bentuk penampilan
pada jenis kesenian ini . Hal ini menandakan bahwa kesenian
jaran kencak paju gandrung diterima oleh masyarakat dan
mudah berinteraksi atau mudah berakulturasi dengan kesenian yang lain.
·
Aspek
Ekonomi
Setiap penampilan kesenian jaran
kencak paju gandrung akan melibatkan 2 orang yang memegang kuda , 2 kuda , 6 pemain
musik dan 1 orang sampai 5 orang penari gandrung, Hal
ini belum termasuk petugas pengatur sound system, genjot dan lain-lain
yang secara tidak langsung merupakan lapangan pekerjaan yang melekat dan dapat
memberikan nafkah kepada mereka. Belum lagi efek ikutan yang terbawa dengan
adanya pementasan kesenianjaran kencak paju gandrung seperti ramainya para
pedagang makanan dan mainan yang ikut bergabung meramaikan setiap pementasan,
akan mempercepat perputaran roda ekonomi di kalangan masyarakat luas.
F. Kesimpulan
dan Saran
Kesenian Jaran Kencak sebenarnya adalah kesenian asli Madura yang dipakai
untuk bersenang-senang. Seiring penyebaran masyarakat Madura yang begitu besar
di pulau Jawa, menjadikan kesenian Jaran Kencak juga mulai dikenal dan
berkembang di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi. Tidaklah berlebihan manakala masyarakat
Banyuwangi terutama para warga Banyuwangi bertekad untuk mempertahankan
dan melestarikan kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung dan bahkan pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mengangkat
kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung ini sebagai
salah satu dari beberapa kesenian yang ada di Banyuwangi. Semoga upaya-upaya yang dilakukan baik masyarakat dan
pemerintah untuk tetap mempertahankan kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung sebagai kesenian rakyat yang digemari, disukai dan ditumbuh kembangkan menjadi kenyataan.