Senin, 14 April 2014

Sebuah cerpen sederhana :)

Diposting oleh Unknown di 07.22

PENCURI

Dulu ketika rumahnya sederhana dan sekarang seketika menjadi rumah yang sangat megah . Perilaku keluarga Pak Inggil menjadi berubah total ! Berada persis tepat di depan rumah Bu Anis , rumah Pak Inggil kini berubah seperti istana di antara rumah-rumah yang sederhana dan sangat sederhana dari para tetangganya .
Sebelum rumahnya direnovasi , Pak Inggil dan istrinya sangat ramah dan menjaga hubungan baik dengan para tetangganya , terlebih dengan keluarga Bu Anis yang rumahnya tepat di depan rumah Pak Inggil . Begitu dekatnya hubungan  bertetangga itu  , sehingga mereka layaknya seperti keluarga sendiri . Bila punya kelebihan makanan , Pak Inggil selalu menyuruh istrinya membaginya pada Bu Anis . “Kasihan . Bu Anis sudah janda , sedang 4 anaknya masih kecil-kecil . “ katanya . Bu Anis membalas kebaikan Pak Inggil dan istrinya dengan sikap kekeluargaan yang tak kalah intimnya . Sering Bu Anis membantu pekerjaan rumah Bu Yuli istri dari Pak Inggil tersebut tanpa pernah meminta imbalan . Mulai dari mencuci baju , menyeterika , sampai mengepel lantai pun pekerjaan itu dilakuin oleh Bu Anis .
Tapi Bu Yuli sangat tahu kalau membantu bersih-bersih di rumah tetangga merupakan sumber nafkah Bu Anis . Bu Yuli pun selalu memberi imbalan uang yang sangat pantas , sehingga hubungan bertetangga mereka sangat mesra dan harmonis . Tapi sekarang , kemesraan dan keharmonisan itu sudah tiada . Rumah Pak Inggil yang sekarang bertingkat dua dan megah seperti istana itu berpagar tinggi . Jangan lagi untuk menjenguk ke dalam rumah yang megah itu , untuk melihat teras depannya saja sekarang Bu Anis sudah tidak bisa lagi . Karena pagar rumah Pak Inggil sudah ditutup dengan fiberglas warna hijau muda . Maka kini hubungan mereka sangatlah jauh . Apalagi , sekarang Pak Inggil sudah memperkerjakan dua orang pembantu untuk mengurus rumahnya .
Bu Anis juga para tetangga lain , bisa memahami perubahan sikap Pak Inggil . Mereka memaklumi bahwa keluarga Pak Iggil seperti keluarga Orang Kaya Baru yang biasanya memang sombong . Para tetangga dan Bu Anis tak ambil peduli .
Tapi sore itu kuping Bu Anis memanas , karena motor bebek yang dipakai Renal anak pertama dari Pak Inggil menghilang . Mengetahui hal itu , dengan membuka pintu pagar yang sangat lebar , Pak Inggil yang baru saja pulang kerja langsung berteriak-teriak .
“Makanya , Renal , kamu itu jangan sembrono ! Nyimpan motor di luar pintu pagar , ya pasti dicolong pencuri ! Sekarang ini banyak pencuri yang lalu lalang kesana kemari apalagi orang yang di depan rumah kita ini !!!!! Ngerti kamu ? “
“ Ngerti Pak ,” jawab Renal lirih .
“Kamu juga harus tau,” tukas Pak Inggil pula . “ Banyak orang yang iri pada keluarga kita. Sehingga , orang yang tadinya baik , bisa jadi pencuri !”
Renal membisu .
Bu Anis , yang kala itu sedang menyapu teras depan rumahnya , merasa tersinggung oleh kata-kata Pak Inggil yang sepertinya sengaja dibidikkan kepadanya . Secara tidak langsung Pak Inggil telah menudunya sebagai pencuri .
Segera Bu Anis meletakkan sapunya . Tapi , ketika dia bergegas melangkah menghampiri rumah Pak Inggil , dengan tergesa dan menghentak Pak Inggil menutup pintu pagar depan rumahnya . Sedang Bu Anis yang sudah terlanjur dibakar api kemarahan , dengan sedikit kasar mengetuk-ngetuk pagar yang ditutupi fiberglas itu sambil berseru , “ Assalamualaikum!”
Terpaksa Pak Inggil membuka pintu pagarnya  dan segera menghampiri Bu Anis .
“ Ada apa Bu ? “ tanya Pak Inggil berlaga bego .
“ Pak Inggil menuduh saya mencuri motor bebek Renal ? “ suara Bu Anis memburu .
“ Ah , siapa bilang ? “Pak Inggil memasang mimik serius .
“ Saya dengar waktu Pak Inggil tadi berteriak memarahi Renal ,” kata Bu Anis .
“ Ah , itu mungkin hanya perasaan Bu Anis saja , “ suara Pak Inggil berubah menjadi santai dan ramah . “Percaya Bu , saya nggak menuduh siapa-siapa . Saya hanya memarahi Renal karena terlalu teledor menuruh motor bebeknya di depan rumah ini , kan sekarang banyak orangi yang lalu lalang Bu lewat jalan depan rumah kita ini . Jadi saya mana bisa menuduh orang sembarangan ? “
Bu Anis terdiam . Tak mampu untuk membela diri lebih jauh . Lalu tanpa ijin dia pergi meninggalkan halaman rumah Pak Inggil , walau di dalam hatinya masih tersimpan rasa kesal .
Sepeninggal Bu Anis , Pak Inggil menutup pintu pagar rumahnya sambil bergumam , “ Huh dasar orang miskin , ada orang ngomong sedikit keras aja tersinggung !”
Akhir-akhir ini , sore hari , sering kali pintu pagar depan rumah Pak Inggil terbuka lebar . Dan , beberapa kali ini juga Bu Anis secara tidak sengaja sering melihat Pak Inggil tengah duduk melamun .  Awalnya Bu Anis menduga bahwa Pak Inggil kelelahan karena sering seharian bekerja . Tapi , belakangan Bu Anis curiga , ketika mulai ramai bahwa disiarkan di beberapa saluran Tv , bahwa perusahaan milik Pak Inggil telah terbongkar mega korupsi .
Apakah Pak Inggil terlibat di dalamnya ? Bukan hanya Bu Anis saja tetapi para tetangganya mulai ramai berbisik-bisik tentang dugaan keterlibatan Pak Inggil . Dan , dugaan mereka tersebut benar bahwa kenyataannya , ketika siaran berita di TV menyebut-nyebut nama Pak Inggil terlibat di dalam mega korupsi itu .
Bu Anis menghela napas puas . Sakit hatinya kini terbalaskan saat anaknya yang baru pulang dari mengaji dirumah Ustadzah Lukman .
“ Makanya , Aura , kamu belajar ngaji yang baik . Biar moralmu baik . Agar kalau besok-besok kamu jadi pejabat , kamu nggak jadi pencui !”
Seakan-akan tahu kepada siapa ucapan ibunya ditujukan, cepat Aura menukas “ Ah , kalau pejabat bukan pencuri Bu , tapi korupsi !”
“Ah itu kan hanya istilah !” teriak Bu Anis .
“ Tapi hakekatnya sama saja , pencuri ! Banyak duit dari hasil mencuri saja sombong !”
Mendengar teriakan Bu Anis , Pak Inggil segera menutup pintu pagar rumahnya . Pak Inggil terburu-buru menutup rapat-rapat pintunya tersebut seakan-akan dia tahu bahwa teriakan itu ditujukan kepada dirinya .
Melihat ucapannya mengenai sasaran , Bu Anis dan Aura berpelukan sambil tersenyum penuh kemenangan. Beberapa hari yang lalu sang Ibu memang telah bercerita kepadanya , bahwa dia akan melampiaskan dendamya kepada Pak Inggil .
Kini sakit hati itu telah terbayar .



0 komentar:

Posting Komentar

 

Sheila Nurvatisna Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review