DEMONSTRASI
TOLAK TAMBANG PASIR BESI PASEBAN
Kemarin pulang ke
rumah dalam rangka mengurus keperluan pemberkasan CPNS (*aku ketrima CPNS
dengan cara yang ajaib, kapan2 aja aku tulis). Dari Malang aku berangkat habis
maghrib, nyampe di rumah kira-kira pukul setengah sebelas malam. Di rumah sudah
banyak orang ngumpul, jarang banget jam segitu masih ada warga yang
ngumpul-ngumpul di desaku. Dari ibu, aku tau kalo ternyata tanggal 17 Desember
2009, warga desaku telah sepakat untuk mengadakan aksi damai, berdemonstrasi ke
Pemkab dan DPRD Jember, dengan satu tujuan menolak tambang pasir besi yang ijin
eksploitasinya telah dikeluarkan oleh bupati jember, MZA Djalal.
Desaku berbatasan
langsung dengan pantai laut selatan, tapi ombak di pantainya relatif kurang
begitu besar layaknya ombak yang ada di pantai laut selatan lainnya. Hal ini di
karenakan adanya pulau kecil yang bernama Nusa Barong yang memecah hantaman
ombak sebelum sampe ke pantai. Di pesisir pantai kurang lebih sepanjang 2 km
dari bibir pantai, terhampar padang pasir (*pasir hitam, yang kemudian hari diketahui
sebagai pasir besi) yang memiliki bukit-bukit pasir yang lazim disebut sebagai “Gumuk” oleh masyarakat desaku.
Di bawah padang pasir itu, terletak lahan persawahan penduduk yang tiap
tahunnya menghasilkan banyak padi. Pada tahun 1994, ketika ada tsunami yang
melanda pesisir pantai selatan termasuk daerah Banyuwangi, Padang pasir inilah
yang menyelamatkan penduduk desaku dari hantaman air laut.
Masalah muncul
ketika desaku dipimpin oleh Lurah ekstra-pemberani, Ali Shodiqin. Dia lumayan
visioner tapi cenderung kebablasan, Dan puncaknya adalah dia menawarkan padang
pasir di pesisir desaku kepada Pemkab, untuk di eksploitasi menjadi tambang
pasir. Penawaran yang dia lakukan didukung oleh segenap anggota BPD pada saat
itu. Tapi celakanya, dia tidak memperhatikan aspirasi masyarakatnya.
Saat ini,
kepemimpinan desa telah berganti, dipegang oleh Sunanjar (*lurah yang lemot,
yang bahkan ketika berbicara dengan aku ga berani melihat mataku!!). Apesnya, surat
ijin ekploitasi padang pasir desa keluar pada saat si Sunanjar ini memimpin.
Langsung timbul reaksi masyarakat, menolak eksploitasi padang pasir menjadi
tambang pasir besi oleh pemkab. Alasan penolakan cukup simpel:
- padang pasir itu telah terbukti sebagai bendungan
alami dari ganasnya ombak laut selatan.
- adanya ketakutan abrasi air laut yang bakal tak
terbendung jika eksploitasi tetap dijalankan, yang tentunya akan merusak
lahan persawahan yang merupakan sumber mata pencaharian bagi mayoritas
warga desa.
Tapi ijin telah
terlanjur dikeluarkan, dan nampaknya Bupati MZA Djalal terlalu pengecut untuk
mencabut ijin tersebut. Hingga demo tanggal 17 kemarin hanya ditemui oleh
kadisperindag kabupaten Jember.
Kaum “ndas putih” dan degradasi NU.
Pada saat
penawaran padang pasir desa, Lurah Ali Shodiqin didukung oleh anggota BPD. Nah,
anggota BPD ini kebanyakan merupakan kaum “ndas putih”, para haji yang memiliki
kedudukan struktural di NU ranting dan Majelis wakil cabang NU (MWC-NU). Dengan
semakin kuatnya penolakan masyarakat terhadap eksploitasi padang pasir desa,
penghormatan terhadap para haji ini juga semakin menurun. Bahkan ketika kemarin
tanggal 17, massa yang berangkat menuju pemkab jember, meneriakkan kata-kata
ancaman ketika melewati rumah-rumah para “ndas putih”. “Miskan (*nama salah seorang ndas
putih) tak obong lek sampe pesisir
di keruk!!”begitu kurang lebih ancaman yang dilontarkan massa (*bukan apa2, tapi
warga desaku telah tiga kali membakar hidup2 maling yang ketangkap).
Agak miris memang,
dengan mayoritas warga NU, tapi tokoh2 struktural NU di desaku sudah tidak lagi
di hormati dengan adanya kasus ini. Hanya tokoh2 NU non-struktural yang masih
ditakzimi oleh warga desa. Suatu perkembangan yang berbahaya bagi NU tentunya. Jika tetap dilanjutkan, biayanya akan terlalu besar.
Saat ini warga
desaku telah terpecah menjadi dua kubu, mayoritas kubu menolak tambang pasir
besi, dan minoritas pendukung tambang pasir besi. Di keluargaku sendiri telah
tepecah dengan cukup tajam. Keluarga Budhe yang kebetulan berbesanan dengan
salah satu “ndas putih” merupakan pendukung ekploitasi padang pasir, sedangkan
pamanku, merupakan tokoh penolak paling keras bagi tambang pasir ini.
Bahkan masyarakat
telah melakukan pemboikotan terhadap usaha para pendukung tambang pasir besi,
ada yang boikot untuk tidak membeli di tokonya-lah, ada yang memboikot untuk
tidak mau bekerja di lahan sawah “ndas putih”-lah, dan banyak macam cara boikot
yang aku sendiri ga pernah mengira bakal terpikirkan oleh orang2 di desaku.
Jika Bupati MZA
Djalal tetap bersikeras melanjutkan ekploitasi tambang pasir besi ini, ada dua
kemungkinan yang bakal terjadi:
- Masyarakat akan semakin terpecah dan sangat
mungkin akan terjadi konflik horisontal yang bisa berujung pada bentrok
fisik.
- Akan terjadi perusakan terhadap fasilitas
peralatan penambangan pasir besi oleh masyarakat.
Jadi intinya,
sangat mahal harga yang harus di bayar MZA Djalal bagi berlangsungnya tambang
pasir besi ini.
Aku bangga
Tanggal 17
Desember merupakan hari yang amat bersejarah bagi desaku. Hari itu, kurang
lebih 2/3 warga desa dengan sepakat dan kebulatan niat berangkat untuk berdemo
ke kantor Pemkab jember. Semua pekerjaan ditunda untuk hari itu. Ga ada yang
membiayai, bahkan untuk menyewa 30 truk bak terbuka, warga desa urunan!! yang
kaya 50-20 ribuan, yang ga terlalu kaya 10 ribu. Bekal makanan masing-masing
membawa sendiri. Tiap rumah, minimal satu orang yang ikut berdemo. Semua
berkumpul di jalan desa untuk kemudia diangkut dengan truk sewaan menuju kantor
Pemkab. Dan, ga seperti perkiraanku, DEMO
BERJALAN DAMAI!!! luar biasa!! untuk ukuran warga desaku yang rata2
cuman lulusan SMP tentu amat jauh kalo dibandingkan demo ala mahasiswa di
Makassar!! tertib, aman dan damai!!
Suatu kebanggaan
tersendiri menjadi anak yang dilahirkan di Paseban. Warganya bisa begitu
bersatunya, bahkan rela berkorban demi mencapai satu tujuan: kedamaian desa,
dan kelangsungan kehidupan anak cucu.
*aku ga berharap
banyak dengan menulis hal ini, tapi yang jelas, aspirasi penolakan itu murni
dari warga!! bukan seperti aksi pihak pendukung tambang yang mulutnya telah
dijejali uang pihak kontraktor tambang!!!
0 komentar:
Posting Komentar