Senin, 14 April 2014

JARAN KENCAK

Diposting oleh Unknown di 07.12


A.    Judul              : JARAN KENCAK
B.    Pengertian  :
JARAN adalah kata yang diambil dari Bahasa Osing . Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia JARAN yaitu KUDA .
KENCAK mungkin yang pertama kali muncul dalam benak adalah sebuah pertunjukkan tari-tarian spektakuler dari Bali. Kencak memang dikenal luas sebagai salah satu karakter dalam mitologi Bali. Sebenarnya kencak sendiri bukan hanya bisa dimainkan oleh tari-tarian dari Bali saja, tetapi dalam tradisi Banyuwangi ini kuda juga bisa mempertunjukkan kemahirannya dalam menari mengikuti alunan lagu .
·         Kesenian Jaran Kencak sebenarnya adalah kesenian asli Madura yang dipakai untuk bersenang-senang. Seiring penyebaran masyarakat Madura yang begitu besar di pulau Jawa, menjadikan kesenian Jaran Kencak juga mulai dikenal dan berkembang di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi.
Yang dinamakan kencak itu kan cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya.

C.     Latar Belakang:
Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai macam kebudayaan . Dinas Pariwisata mendata kurang lebih ada 40 macam kebudayaan / kesenian yang ada di Banyuwangi . Misalnya seperti gandrung , seblang olehsari, seblang bakungan , ndok-ndokan, patrol, rebowekasan , petik laut , jaran kencak dan masih banyak lagi kesenian/kebudayaan lainnya. Dalam kali ini saya akan membahas tentang Kesenian Jaran Kencak . Meski zaman kian bergulir dan terus berusaha untuk melibas budaya-budaya lama, namun budaya warisan yang sudah turun temurun dilaksanakan rutin setiap tahun itu masih tetap bertahan dengan terus berupaya mempertahankan kemurnian kebudayaan itu sendiri. Kesenian Jaran Kencak ini merupakan salah satu diantara yang dapat dinikmati jika oleh wisatawan jika berkunjung ke daerah Banyuwangi . Prosesi ini berhubungan dengan situs syukuran , biasanya digunakan saat sunatan ataupun arisan . Dengan bergulirnya waktu kesenian jaran kencak sekarang dikolaborasikan dengan dengan tarian Gandrung sehingga berganti nama menjadi Jaran Kencak Paju Gangrung . Lagu-lagu yang dimainkan, akhirnya juga memakai lagu gandrung. Yakni, Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Suntring-suntring dan Kembang Dirmo . Ternyata , dengan cara seperti ini mungkin akan membuat lebih banyak orang yang menonton.


D.    Pembahasan           :
·        Asal-usul Kesenian

Gending-gending jawa kuno ditabuh dari Gamelan pada suatu siang yang terik. Dua ekor kuda hitam, lengkap dengan kostum berwarna mencolok tiba-tiba masuk ke area pentas. Mengikuti aba-aba sang pelatih, kuda jenis sandel memperagakan aksinya, ditengah kerumunan penonton yang sudah memadati tempat mentas sejak pagi hari. Dua kuda itu mengangguk-angguk sembari mengepak-ngepakkan kakinya mengikuti tabuhan gamelan. Selain menari, dua kuda itu juga menunjukkan aksinya, duduk dan berdiri dengan dua kaki.
Setelah gending pertama dan kedua selesai dibawakan, para pesinden mulai bernyanyi gending-gending Tari Gandrung. Tak lama kemudian, seorang gadis berkostum Gandrung Banyuwangi masuk ke area pentas. Sang Gandrung menari-nari, sesekali mengibaskan selendang merahnya ke arah kuda. Seperti layaknya manusia, dua ekor kuda itu terlihat kompak menari bersama Gandrung mengikuti tabuhan gamelan hingga selesai.
Ilustrasi diatas adalah diskripsi singkat bagaimana jalannya Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung, saat ditampilkan oleh Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri. Sesuai namanya, kesenian ini mengkolaborasikan kesenian Jaran Kencak dengan Tari Gandrung Banyuwangi. Sekilas penampilan kesenian rakyat ini cukup memukau, karena memperagakan kelincahan kuda-kuda Sandel dan Tarian Gandrung yang cukup populer bagi masyarakat paling ujung timur Pulau Jawa ini. Bukan hanya di Boyolangu, setiap kali ada pentas kesenian ini memang tidak pernah sepi penonton. Selain kemahiran menari, daya tarik kesenian Jaran Kencak adalah kostum kuda yang berwarna mencolok. Seperti kemul (selimut/pelana) berwarna kuning keemasan, mahkota atau Jamang bercorak bunga warna warni, kalung dada, dan lengkap dengan ulur di sepanjang punggung kuda.
Rugito, salah satu pemilik kesenian ini mengatakan, Jaran Kencak berarti kuda-kuda yang lincah menari mengikuti lagu. “Yang dinamakan kencak itu kan cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya” Jelas Rugito yang baru 5 tahunan ini menekuni Kesenian Jaran Kencak.
Rugito menceritakan, untuk mendapatkan kuda-kuda yang pandai menari memang membutuhkan latihan khusus. Satu kuda membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk bisa lincah menari dari musik yang diperdengarkan dari tape. Kuda yang dipakai untuk kesenian ini berjenis Sandel yang biasa diperoleh dari Sumbawa. Jenis Sandel ini, kata Rugito, dipilih karena memiliki bentuk fisik lebih tinggi dibanding kuda-kuda biasa.Menurut Rugito, setidaknya ada 15 orang di Banyuwangi yang memiliki Kuda Sandel. Mereka membentuk komunitas dengan menggelar arisan. Bagi yang memperoleh arisan tersebut, maka diwajibkan menggelar Kesenian Tari Kencak. Dalam perkembangan selanjutnya, kata Rugito, Kesenian ini marak ditanggap untuk acara sunatan.
“Tadinya Jaran Kencak ini untuk ngarak sunatan. Jadi anak yang sunat dinaikkan ke punggung kuda lalu diarak keliling kampung” . Namun lambat laun, semakin sedikit orang yang mau menanggap Jaran Kencak. Karena tidak begitu menjanjikan lagi, sebagian dari pemilik Jaran Kencak ada yang menjual kudanya dan beralih ke profesi lain. Dari sepinya peminat inilah, kata Rugito, sekitar 1990 muncullah ide dari seseorang penekun Jaran Kencak bernama Ahmad Bajuri, untuk mengkolaborasikan Jaran Kencak dengan Tarian Gandrung.
Nama keseniannya pun dirubah menjadi Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung. Lagu-lagu yang dimainkan, akhirnya juga memakai lagu gandrung. Yakni, Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Suntring-suntring, dan Kembang Dirmo. Sejak dirintis pertama kalinya hingga sekarang, perpaduan Jaran Kencak dengan Tari Gandrung mendapat respon yang besar dari masyarakat.
Sang Pencipta kolaborasi, Ahmad Baijuri menuturkan, idenya menggabungkan dua kesenian ini adalah untuk menyemarakkan Kesenian Jaran Kencak supaya lebih diminati masyarakat Banyuwangi. Apalagi saat itu, Tari Gandrung masih cukup digemari dan sering ditanggap. ” Saya berharap, dengan memadukan Gandrung, Jaran Kencak lebih banyak ditonton orang,” Harap Baijuri.

Kontroversi

Namun dilain sisi, Kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung masih menyisakan kontroversi. Sebagian pihak menyayangkan perpaduan dua kesenian yang berbeda secara filosofi tersebut.
Sebagian pihak memang menilai Kesenian ini adalah hasil akulturasi Kesenian Jaran Kencak dengan Gandrung Banyuwangi. Namun, ide memadukan dua kesenian ini disayangkan oleh sebagian pihak lainnya. Fatrah Abal, salah satu Budayawan Banyuwangi mengatakan, Kesenian Gandrung memiliki nilai sejarah kepahlawanan yang tinggi. Itu nampak dari Gending-gending Gandrung, yang apabila diterjemahkan berisi seruan semangat untuk masyarakat Banyuwangi setelah kalah melawan Penjajah Belanda dalam perang Bayu tahun 1771.
“Kalau gendhing-gendhing Gandrung diserap maknanya, arti Gandrung sendiri adalah mengharapkan. Pada zaman dulu, pencipta kesenian Gandrung mengharapkan masyarakat banyuwangi yang tersisa 5 ribu akibat perang, kembali bersemangat dan tetap tinggal di Banyuwangi. Barangkali saja kalau tidak ada gandrung, mungkin orang banyuwangi akan habis, karena mati atau pergi”, tutur Fatrah yang saat ini menyiapkan buku tentang Gendhing-gending Gandrung.”
Menurut Fatrah, perpaduan dua kesenian ini terlalu dipaksakan, sehingga dapat digolongkan sebagai penyimpangan. Apalagi motif utamanya, kata Fatrah, hanya untuk komersial, sehingga tidak memiliki makna berarti kecuali sekedar menjadi tontonan.
Namun, menurut Fatrah, baik buruknya kesenian ini tetap ia serahkan kepada masyarakat. Tugas para peggiat Budayalah, katanya, yang harus berperan untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan Tarian Gandrung yang telah ditetapkan menjadi maskot Banyuwangi.

·        Scope Pembahasan Kesenian (tata busana, music, rias, syair/mantra, nyanyian, hidangan, dll)
< Tata busana dan rias

JARAN KENCAK :
v  kemul (selimut/pelana) berwarna kuning keemasan
v  mahkota atau Jamang bercorak bunga warna warni
v kalung dada dan lengkap dengan ulur di sepanjang punggung kuda.
GANDRUNG :
v  Omprog atau pernah disebut “omprong” yaitu hiasan kepala seperti mahkota yang dibuat dari kulit lembu dengan berbagai ragam pahatan, serta diberi rumbai pada bagian belakang sebelah bawah yang dihiasi dengan warna kuning emas, di bagian atas dihiasi kembang goyang yaitu bentuk untaian bunga yang terbuat dari kulit atau logam ditopang dengan per dengan warna kuning emas sehingga saat gandrung menari dapat bergoyang.
Basahan yaitu terdiri dari :
v  Kemben, yang di buat dari kain beludru warna hitam dan juga di sebut “utuk” biasanya di bagian belakang dituliskan nama penarinya serta dihiasi halon kuning emas.
v  Kelat bahu, yang di Bali di sebut Gelang Kana, terbuat dari kulit lembu berpahatkan bentuk ragam naga karangrang, dengan sunggingan dan warna dasar kuning emas.
v  Ilat-ilat atau lamak,yang terbuat dari kain beludru warna hitam yang di hiasi dengan halon warna kuning emas.
v  Pending, yaitu ikat pinggang dari logam selebar lebih kurang 4 cm biasanya berwarna kuning emas atau putih perak gemerlapan.
v  Gelang dan cincin, biasanya juga merupakan hiasan harian bagi penari itu sendiri.
v  Sembong, yaitu hiasan yang terbuat dari kain beludru yang di pergunakan sebagai hiasan penutup bagian depan pinggulnya dan di hiasi dengan halon warna kuning emas.
v  Oncer, yaitu potongan kain kecil-kecil pendek berwarna kuning, putih, hijau dan merah yang di tempatkan di sekeliling pinggangnya sebagai pengisi pada bagian-bagian pinggang yang tidak tertutup oleh sembong dan biasa di sebut sembongan.
v  Sampur, yaitu sehelai selendang merah yang ujungnya diberikan rumbai-rumbai warna kuning emas dikalungkan di leher dan berjuntai kebawah, yang berfungsi sebagai penghias gerak-gerak tarinya, dahulu sewaktu dilakukan oleh seorang penari pria, pemasangannya diselipkan pada bagian pinggangnya.
v  Kain panjang, dengan pemakaian yang agak tinggi di atas mata kaki dan di bawah lutut biasanya dipergunakan kain panjang batik Gajah Oling dengan warna dasar putih.
v  Kipas, yang biasanya di pegang tangan kanan, kadang-kadang juga bagian kanan dan kiri.
v  Kaos kaki warna putih, penggunanya mungkin bersamaan dengan mulai di pergunakannya biola sebagai pengganti rebab.
Kemudian tentang unsur riasnya, dipergunakan borehan badan berwarna kuning emas, yang disamping berfungsi sebagai lulur dan merupakan unsur mempercantik warna kulit penarinya, semula juga mengandung unsur-unsur magis, sebagaimana penggunaan warna kuning emas untuk lambang keagungan, yang dipergunakan sejak jaman dahulu. Pakaian seperti tersebut diatas mirip dengan pakaian seorang penari istana. Unsur-unsur busana dan rias inilah merupakan unsur kebudayaan yang timbul dari unsur-unsur kekeratonan dan hidup pula sampai sekarang walaupun keratonnya sendiri sudah tidak ada lagi.
< MUSIK , SYAIR / MANTRA

Kesenian jaran kencak paju gandrung ini sekarang menggunakan musik , syair / mantra dari gandung itu sendiri . Lagu-lagu yang dimainkan yakni, Seblang Lukinto, Podho Nonton, Pacu Gandrung, Seblang Sebuh, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Suntring-suntring dan Kembang Dirmo .

Ini contoh dari syairnya :
- Jaran Dawuk ya nyiriga
Nyiriga ring alun-alun
Wis wayahe widodari teka
- Condro dewi mandosia
Moro mundur mekar sore
Kembang petetan
- Yyadu paman wis aju kelendi
Ngranjang gula wis wayahe erek-erekan
Terjemahan bebasnya sebagai berikut :
- Kuda kelabu bergeraklah
Bergerak dilapangan
Sudah saatnya seorang bidadari hadir
- Wajah wanita cemerlang
Maju mundur berkembang sore hari
seperti bunga hiasan
- Ya Paman lalu bagaimana
Keranjang gula sudah saatnya berhadapan
Alat-alat musik yang digunakan :
v  Biola atau baolah sebanyak 2 buah, yaitu bentuk instrumen yang berfungsi sebagai pembuat melodi gending yang dibawakannya, Tehnis penggesekan Biola serta penyajian lagu yang disajikan sesuai dengan tradisi daerahnya dan tidak sama dengan penggunaan biola pada jenis musik lain.
v  Kethuk, 1 ancak yang terdiri dari 2 buah pencon, berfungsi sebagai pembuat irama dan memperta-jam rithme untuk menambah manisnya irama gendhing-gendhing yang dibawakan.
v  Kendang1 buah atau kadang-kadang 2 buah, merupakan unsur pokok yang mampu menyatukan ritme serta tempo permainannya agar lebih harmonis disamping itu juga berfungsi sebagai pengatur irama dan penuntun atau pemantap unsur-unsur berbagai tari yang dibawakan oleh penari Gandung dan Jaran Kencak.
v  Gong2 buah gong yang berfungsi sebagai pemanis suara indah pada akhir komposisi nada.
v  Kluncing1 buah, yaitu bentuk segitiga terbuat dari besi dengan teknis memainkan menggunakan sebuah tongkat besi pendek dipukul-pukulkan pada kedua bagian sisi segitiga tersebut sehingga menghasilkan suatu suara yang berbentuk irama dan suasana yang meriah, biasanya penabuh peralatan ini jugaberfungsi sebgai pengudang atau pembimbing gandrung dalam penampilannya.
E.     Tinjauan berbagai aspek :
·        Aspek Perjuangan / heroism
Sebagai kesenian yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat sampai dengan sekarang, maka tidak lah sedikit peranan kesenian jaran kencak paju gandrung ini. Pada setiap penampilan kesenian jaran kencak ini memukau para penonton sehingga tidak asing untuk dilihat . Kesenian jaran kencak paju gandrung ini sangat dipertahankan agar tidak langka dengan seiringnya zaman berputar . Dari pertama kali muncul jaran kencak ini banyak warga yang ikut serta dalam menonton tapi lama-kelamaan mereka bosan akan hal tersebut . Tak kalah hebatnya seseorang penekun jaran kencak berhasil mengkolaborasikan Jaran Kencak dengan Tarian Gandrung . Sehingga para penonton tidak lagi jenuh dalam melihat kesenian tersebut , malah mereka bangga bahwa kesenian tersebut masih berkembang.
·         Aspek Sosial Kemasyarakatan
Kehidupan kesenian jaran kencak paju gandrung yang memang ber akar dan didukung oleh masyarakat tentunya memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan social masyarakat. Setiap penampilan kesenian jaran kencak paju gandrung selalu dihadiri para penggemarnya yang terdiri dari berbagai etnis dan agama, mereka bersama-sama menikmati tarian dan gending-gending jaran kencak paju gandrung dalam satu arena secara damai . Perlu disadari bahwa menciptakan rasa kesatuan dan persatuan dari masyarakat multi etnis merupakan hal sangat penting dan menjadi tanggung jawab bersama, kegiatan-kegiatan berkesenian mempunyai daya tarik yang besar untuk mengikat rasa persaudaraan tidak terkecuali kesenian jaran kencak paju gandrung.
·        Aspek Seni dan Budaya
Tradisi ini dapat memberikan budaya karena merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat yang masih bertahan . Keberadaan kesenian jaran kencak paju gandrung memperkaya khasanah kesenian tradisional di Banyuwangi. Penampilan nya yang sangat dinamis mempengaruhi bentuk-bentuk penampilan pada jenis kesenian ini . Hal ini menandakan bahwa kesenian jaran kencak paju gandrung diterima oleh masyarakat dan mudah berinteraksi atau mudah berakulturasi dengan kesenian yang lain.
·        Aspek Ekonomi
Setiap penampilan kesenian jaran kencak paju gandrung akan melibatkan 2 orang yang memegang kuda , 2 kuda , 6 pemain musik dan 1 orang sampai 5 orang penari gandrung, Hal ini belum termasuk petugas pengatur sound system, genjot dan lain-lain yang secara tidak langsung merupakan lapangan pekerjaan yang melekat dan dapat memberikan nafkah kepada mereka. Belum lagi efek ikutan yang terbawa dengan adanya pementasan kesenianjaran kencak paju gandrung seperti ramainya para pedagang makanan dan mainan yang ikut bergabung meramaikan setiap pementasan, akan mempercepat perputaran roda ekonomi di kalangan masyarakat luas.
F.     Kesimpulan dan Saran
Kesenian Jaran Kencak sebenarnya adalah kesenian asli Madura yang dipakai untuk bersenang-senang. Seiring penyebaran masyarakat Madura yang begitu besar di pulau Jawa, menjadikan kesenian Jaran Kencak juga mulai dikenal dan berkembang di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi.  Tidaklah berlebihan manakala masyarakat Banyuwangi terutama para warga Banyuwangi bertekad untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung dan bahkan pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mengangkat kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung ini sebagai salah satu dari beberapa kesenian yang ada di Banyuwangi. Semoga upaya-upaya yang dilakukan baik masyarakat dan pemerintah untuk tetap mempertahankan kesenian Jaran Kencak Paju Gandrung sebagai kesenian rakyat yang digemari, disukai dan ditumbuh kembangkan menjadi kenyataan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sheila Nurvatisna Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review